Bagaikan godam yang menghancurkan, hati itu remuk berkeping-keping.
Bagaikan membayar semua kepalsuan, kepedihan itu menancap terlalu dalam.
Aku tidak marah, hanya teramat kecewa dengan semesta.
Andai aku turuti kemauan takdir, mungkin luka tak kan tercipta.
Terus berada dalam kubangan kepalsuan mungkin akan lebih baik dibanding berdiri dalam kehampaan.
Sudah satu minggu Dara tak lagi ceria. Tatapannya seringkali kosong, dengan air mata yang mulai menggantung di pelupuknya. Senyumnya palsu, dan semua yang dilakukannya tak memiliki jiwa. Ini semua bermula sejak Ia melihat foto Adrian dengan teman-temannya. Foto tersebut menampilkan Adrian dengan teman-temannya yang seolah sedang melakukan kencan berpasangan. Awalnya Dara mencoba menanggapinya dengan biasa saja, namun ternyata apa yang diungkapkan Adrian justru membuat dunianya hancur. Adrian mengakui bahwa dirinya telah membohongi Dara. Dara yang sebenarnya sudah tau kini semakin terpukul. Ia merasa untuk apa selama ini Ia berpura-pura tidak tahu, untuk apa selama ini Ia berusaha tegar jika pada akhirnya justru Adrian sendiri yang dengan sengaja menghancurkannya. Bagaikan sebongkah es, Dara luluh dalam luka, lebur dalam hampa. Hatinya terluka, kecewa mendekapnya.
Adrian kehabisan cara untuk meyakinkan Dara. Dia tahu tak ada yang bisa ia lakukan, maaf hanya akan membuat hati wanita itu semakin terluka. Adrian tidak pernah menyangka bahwa kesalahannya menjadi sebegitu fatal. Seminggu lalu Adrian pergi bersama teman-temannya, disana terdapat seorang wanita yang juga menyukainya. Lalu sebelum pulang mereka sempat mengambil foto bersama-sama. Entah mengapa foto tersebut justru terlihat seperti mereka sedang melakukan kencan berpasangan. Adrian tidak tahu kenapa tapi saat itu ia memilih berbohong kepada Dara. Ia mengatakan bahwa saat itu ia sedang ada pekerjaan kantor. Adrian tahu itu salah, dan pada akhirnya dia mengatakan yang sebenarnya kepada Dara. Dia tidak mengira, bahwa kebohongannya yang tidak lebih dari 24 jam itu justru menimbulkan dampak yang begitu besar. Dia tidak pernah melihat Dara marah sampai seperti itu.
Dara tahu Adrian menyayanginya, tak perlu di sangsikan lagi hal itu. Namun kebohongan tetaplah kebohongan, menciptakan lubang bagi kepercayaan. Dara tak tahu apa yang harus dilakukan, bertahan hanya akan menciptakan kepalsuan bahkan bagi dirinya sendiri. Melepaskan sepertunya cara terbaik untuk memperbaiki semuanya, memberi ruang bagi dirinya dan hatinya untuk bisa percaya lagi.
Angin dingin musim gugur mulai berhembus, Dara merapatkan syal dilehernya. Dia mengapit lengan laki-laki disampingnya. Matahari senja menerpa cincin di jari manis nya. Bertahun-tahun lalu saat hatinya berada dalam kebimbangan dan kerapuhan, bergejolak dalam luka yang hampa, Dara memilih mengikhlaskan. Mendekap semua luka dengan hati yang lapang, menguburnya di semakberduri jauh di lubuk hatinya. Dia tahu luka tak akan pernah hilang dan terlupakan, tapi setidaknya dia akan menguburnya jauh dalam kegelapan, menjatuhkannya sampai kedasar, agar dia tidak ingat untuk pernah mengambilnya kembali ke permukaan. Ini tidaklah mudah, Dara dan Adrian harus melalui berbulan-bulan penuh kepalsuan, setiap hari menambal luka hanya untuk bersama-sama kembali ke tempat semula. Dan kini mereka berhasil kembali ke titik semula, kembali ke awal mereka saling mencintai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar