Minggu, 01 Februari 2015

Semut dan Belalang



Siang hari yang indah. Matahari bersinar dengan cerah. Rumah aki yang berada di desa, memperlihatkan pemandangan gunung dari kejauhan dan sawah-sawah yang menghijau beserta sebuah boneka pengusir burung (di indonesia sering disebut orang-orangan sawah. Yaitu sebuah jerami atau kayu panjang yang di ikat seperti tanda salib, kemudian dipakaikan baju, celana, dan topi. Hal ini dimaksudkan untuk mengusir burung. Agar burung mengira bahwa di sawah itu ada orang yang sedang berdiri). Di dalam rumah Aris dan Ara sedang bermain. Aris sedang tidur-tiduran diatas kursi sambil memainkan game elektroniknya (semacam i-pad atau tablet), sedangkan Ara berpura-pura sedang minum teh bersama Kiki  (boneka beruang coklat yang selalu dibawa oleh Ara).          
Aki masuk kedalam rumah sambil berlari dengan nafas terengah-engah. Aris dan Ara saling menatap. Mereka bertanya-tanya apa yang terjadi, mengapa Aki tergesa-gesa sekali.
Dari belakang rumah, Aki berteriak “Aris ... Ariss ... mari tolong Aki ambil air.”
Aris masih tetap tidur-tiduran dan menatap Ara, “Kenape Aki?”
Aki datang dengan membawa ember di tangannya. “Penghulu kate kampung kite akan ade masalah bekalan air.”
Aris memejamkan matanya dan menggoyang-goyangkan kakinya. Sambil melanjutkan permainannya, ia berkata “alahh .. besok je lahh ..”
“Aris! Cepaatt...” Aki membentaknya. “buanye malam ini tak ade air? Heh?! Macem mane?!”. Aris pun turun dari kursi dan mengambil ember yang dibawa Aki. Ara mengajak Kiki untuk ikut menemani Aris dan Aki mengumpulkan air.
--------------------------------------------------------
Aris mengusap keringat di dahinya. “Dah cukup.” Katanya sambil meletakkan ember yang dibawanya. Dia sudah mengumpulkan dua ember air untuk disimpan, dan menurutnya itu sudah cukup.
Aki datang dari balik tubuhnya dan mengatakan bahwa itu belum cukup dan menyuruh Aris mengambil air lagi. Tapi Aris mengeluh bahwa ia sudah lelah. Aki mengatakan bahwa sebagai seorang lelaki, dia tidak boleh cepat lelah. Ia bertanya, mana mungkin menyuruh Ara yang mengangkatnya. Aris menatap Ara yang sedang bermain dengan bonekanya, dan ia tidak tega juga jika harus Ara yang mengangkut air-air iru. Akhirnya Aris pun kembali membantu Aki memindahkan ember-ember berisi Air itu untuk disimpan.
Hari semakin siang, Aris dan Aki sudah selesai mengumpulkan beberapa ember air. Aris dan Aki merasa sangat lelah. Aris membaringkan badannya, sementara Aki mengibaskan tangannya ke wajahnya karena merasa lelah. Ara pun mengibaskan bonekanya dengan maksud untuk mengipasi Aki.
“Kamu bedue bila mandikang, jangan bazir air. Satu baldi ni, dua rang. Tau?!” Aki menasehati cucu-cucunya untuk menghemat air. Karena sekarang ini kampung mereka sedang kesulitan air.
“Iihh ... mana cukup!” Ara menggeleng-gelengkan kepalanya. “Abang sekali jera je dah habis.” Keluh Ara.
“Kite kena bejemat. Buatnye lame tak ada air? nah, macem mane?!” Aki bertanya pada Ara.
“Hehh .. Takkan nyee ..” Kata Aris yang sejak tadi diam saja. Nada bicaranya menunjukkan bahwa ia masih sebal karena disuruh membantu mengumpulkan air.
“Ape-ape pun kite kene besedie. Taklah susah nanti. Macamm...” Aki akan mulai menceritakan kisah yang berhubungan dengan keadaan mereka saat ini. “Pade zaman dahuluuuuu ...”
--------------------------------------------------------
Serombongan semut berbaris rapih. Masing-masing dari mereka, membawa makanan di kepalanya. Didepan pintu sarang, sang raja dan penasehatnya sedang menunggu sambil menghitung jumlah makanan yang sudah terkumpul. Sang penasehat memberitahu raja bahwa jumlah makanan mereka masih belum terkumpul. Raja semut pun memberitahu para rakyatnya, dan dengan bersemangat mengajak rakyatnya untuk kembali mengumpulkan makanan lagi.
Dalam hutan yang tenang dan asri, Raja semut berjalan di baris terdepan, mengajak para rakyatnya untuk bersama-sama mengumpulkan makanan dengan penuh semangat.
“Kerjaaa ......” Raja semut menyemangati rakyatnya.
“Kerjaaa ....” Jawab para rakyatnya serempak dengan penuh semangat.
“Kerjaa.. Kerjaa ... Kerja hahahaha” mereka menyanyikan lagu itu dengan semangat. Itu adalah salah satu cara untuk menyemangati diri mereka.
Dari semak-semak, seekor semut mendengar suara yang merdu. Suara permainan biola dan orang-orang yang sedang tertawa. Semut itu pun diam-diam keluar dari barisannya dan mencari arah sumber suara tersebut. Disana, ia melihat belalang yang sedang asyik memainkan biola sambil bernyanyi. Disekitarnya ada monyet dan tikus tanah yang sedang menari. Kura-kura dan siput juga ada disana, menggoyang-goyangkan kepalanya mengikuti irama. Semut itupun ikut menari mengikuti irama yang dimainkan oleh belalang.
Tiba-tiba, belalang berhenti memainkan musiknya. Monyet dan tikus tanah pun berhenti menari. Suasana tiba-tiba berubah sunyi. Tapi semut itu tidak sadar karena ia memejamkan matanya. Ia tetap saja menari dengan menggerak-gerakkan tangan dan tubuhnya.
Belalang pun memberi isyarat agar semut itu berhenti menari. Saat ia membuka matanya, ia bingung mengapa semua hewan terdiam. Tikus tanah memberi isyarat agar semut melihat kearah sampingnya. Dan saat ia melihat kearah yang diberitahu, ia terkejut melhat rajanya. Raja semut sedang berdiri diatas sebuah batu sambil melipatkan tangannya di depan dada. Wajahnya masam. Kaki kanannya diketuk-ketukkan beberapa kali.
Begitu melihat rajanya, semut langsung berdiri tegak dan memberikan hormat. Setelah itu, ia langsung berlari kembali menyusul teman-temannya. Raja semut pun pergi hendak kembali ke rakyatnya yang sedang mengumpulkan makanan. Tapi, baru beberapa langkah ia berjalan, belalang menyapanya, dan mengajaknya untuk ikut menari. Bergembira bersama dengan yang lainnya.
“Tak bolehh. Kami kena cari makanan.” Jawab raja semut kepada belalang yang sudah mulai memainkan biolanya sambil menari mengitarinya. “Musim kemarau kan dah nak tibe”.
Belalang berhenti memainkan biolanya dan berdiri di hadapan raja semut. Sambil tertawa, ia berkata, “Hei, itu kan lama lagi. Kita berhiburlah duluu. Bergembiraaa”
“Ishh. Tak boleh belalang. Kite kene besedie dari sekarang!” Semut mengingatkan.
Tapi belalang tidak mau mendengarkan nasihat semut. Ia malah terbang ke atas rumput. “Kau ni rajin sangat lah semut. Coba lah berehat dan berhibur sekejap”.
“Ade masanye tuk berhibur. Cume bukan sekarang.” Kata raja semut, tepat ketika belalang akan memulai memainkan biola yang terbuat dari daun keringnya itu.
“Tapi ...... dah lama kami tengok kau kumpul makanan. Tak cukup-cukup lagi keh?” tanya tikus tanah.
“Bukan senang nak kumpulkan makanan banyak-banyak? Kite kena kumpul lebih. Sebab kemarau ni tak menentu.” Raja semut menjelaskan kepada hewan-hewan yang lain mengapa ia terus mengumpulkna makanan. “buatnya kemarau panjang, makanan dah habis??”
“Ah?! Matilah ...” Kata siput memotong kata-kata semut.
“Hmm,, susah kita nanti.” Kata raja semut sambil menganggukkan kepalanya.
“Aku pun nak cari makanan lah macam ni” Kata siput dan berlalu pergi meninggalkan teman-temannya. Satu persatu monyet, kura-kura, dan tikus tanah pun pergi untuk mencari makanan.
Melihat semua hewan pergi untuk mencari makanan, belalang pun marah kepada raja semut. Dia turun dari atas rumput, dan memaki raja semut. “Semut!! Semua ni salah kau!! Sekarang macem mane aku nak menghibur?! Tiade teman menyanyi, menari ..”
Raja semut menggelengkan kepalanya. “Maav belalang! Tapi baik kau gunakan mase ni tuk kumpulkan makanan, sebaaaaanyaknye!” raja semut mengingatkan belalang lagi.
Tapi belalang tetap saja membantah. Dia mengatakan bahwa mencari makanan itu mudah, apalagi belalang adalah hewan kecil yang tidak butuh makanan banyak. Menurutnya, bumi ini dipenuhi dengan banyak tumbuhan hijau dan air. Jadi, tidak usah repot-repot untuk mengumpulkan makanan.
Semut tetap mencoba meyakinkan belalang, bhawa pada musim kemarau, sulit untuk mencari air dan tumbuhan hijau. Tapi lagi-lagi belalang tidak mau mendengarkannya. Ia malah terbang ke atas rumput, mengusir raja semut, dan mulai memainkan biolanya lagi.
Dari atas pohon, seekor tua menari mengikuti alunan musik belalang. Rupanya tupai tua ini sudah sejak tadi berada disana, dan mendengarkan semua percakapan mereka.
--------------------------------------------------------
Raja semut berdiri di pinggir danau. Sepertinya ada sesuatu yang sedang di pikirkannya. Tiba-tiba kancil datang, dan tanpa sengaja menabraknya hingga jatuh. Raja semut pun memanggil-manggil kancil, tapi kancil tidak mendengarnya. Ia terus berjalan untuk minum di pinggir danau. raja semut terus memanggil, tapi kancil tetap saja tidak mendengarnya. Akhirnya raja semut naik ke atas kaki kancil dan hendak menggigitnya, agar kancil dapat melihatnya. Tepat saat raja kancil hendak menancapkan giginya ke kulit kaki kancil, kancil melihatnya dan melarangnya melakukannya.
“Semut, kenapekau nak gigit aku?” Tanya kancil.
“Habis, ku panggil kau tak jawab! Lepas tuh kau pijak aku!” Jawab raja semut.
“Ooo .. maav semut. Aku tak sengaje” Kata kancil sambil menaikkan kakinya yang diatasnya ada raja semut, agar ia dapat melihat raja semut dengan lebih dekat. “Janganlah marah ye”. Tepat pada saat itu, matanya melihat rakyat semut berbaris rapih sambil membawa makanan di atas kepalanya.
“Eh, kau patut besame mereke cari makanan? Ape kau buat lah sini?” Tanya kancil sambil menurunkan kakinya, dan membiarkan raja semut turun.
“akuuu sedang fikir. Macem mane lah simpan air tuk musim kemarau nanti?” tanya semut.
Tepat saat kancil akan menjawabnya, belalang datang dengan irama biolanya. Belalang menggesek biolanya dari atas rumput dan mengajak kancil menari bersama. “Mari berhibur dengan aku” kata belalang sambil tertawa. Kancil pun terlena dengan alunan musik itu dan mulai ikut menari bersama belalang. Semut menggelengkan kepalanya. Ia kembali memanggil-manggil kancil. Suara biola yang dimainkan belalang benar-benar mengganggunya untuk memanggil kancil.
Tapi, bukan kancil yang menjawabnya, malah belalang yang mengusirnya. Belalang menyuruh semut pergi dan jangan mengganggu dia dan kancil yang sedang asik menghibur diri.
“Aku nak bincang sesuatu dengan kancil.” Jawab raja semut kepada belalang.
“Ooouu .. ini mesti pasal kau tak tau berhibur, dan asyik bekerja je kan?” jawab belalang mengejek semut. “Salah besar tuh!” Tambahnya sambil tertawa.
“Eh, aku tau lah nak berhibur!” Jawab raja semut. “Tapi, belum masanya lagi” Tambahnya.
“Kancil, kau jangan layan semut ni! Takut sangat dengan kemarau! Nak kumpul makanan lah, nak cari air lah! Siangshi (slogannya)! Kerja .. Kerja ..  Kerja, Kerja, Kerja .. Kerja .. Kerja .. Kerja hahahaha ..”  Kata belalang sambil menirukan gerakan para semut yang sedang berbaris mengumpulkan makanan.
“Belalang, betul kata semut”. Jawab kancil membela semut. “Sekarang, bukan masa untuk berhibur. Kite kene bersiap untuk kemarau. Aku pun dah kumpul makanan.”
“Ahh!! Kau pun sama lah kancil!!” Jawab belalang dengan marah. “Biar aku berhibur sendiri! Berhibuuurrrr .. uhuk, uhuk, uhuk ..” belalang terbatuk-batuk karena terlalu banyak menyanyi. Kerongkongannya terasa kering, dan dia perlu air untuk minum. Ia lepaskan sebuah daun, dan keluarlah air dari dalamnya. Belalang pun terbang meninggalkan kancil dan semut.
Kancil mendekati daun yang tadi di ambil belalang untuk minum. Air masih terus menetes dari daun tersebut. “Ooouu .... macem tu!” tiba-tiba kancil berseru.
--------------------------------------------------------
“Kerja .. Kerjaa ... Kerja, Kerja, Kerjaa ... Kerja .. Kerja .. Kerja, hahahaha”. Para semut berbaris rapi menuju sarangnya. Kancil mengikutinya dibelakang, sambil membawa sebatang dahan di mulutnya. Kepalanya menggeleng-geleng mengikuti irama yang dinyanyikan oleh para semut.
Kancil mengeluarkan sebatang dahan dari mulutnya, dan para semut mulai membawanya masuk ke dalam batang pohon yang sudah kering dan mati. Di bawah batang pohon kering itulah lubang sarang semut berada.
“Sekarang, kau tak payah risau lagi. Semue dah selesai.” Kata kancil kepada raja semut.
“Terimakasih kancil. Kau memang baik dan bijak”. Kata raja semut.
“Hmm,, aku tauu! Aku pergi dulu. Jaga diri baik-baik. Jumpa lagiii ...” Kata kancil dan berlalu pergi.
--------------------------------------------------------
Matahari bersinar terik. 3 ekor burung bangau terbang sambil meneriakkan, “Kemarau .. Kemarau .. Kemarauuuuu”
Hutan yang tadinya penuh berwarna hijau, lebat dengan pepohonan, kini berwarna coklat. Kering dan kerontang. Tanah-tanahnya memperlihatkan garis pecah-pecah, menandakan bahwa tidak ada kandungan air di dalamnya.
Angin berhembus, menerbangkan sepucuk daun yang mengering. Belalang yang sedang berteduh di baliknya merasa terkejut, tapi ia tak kuasa untuk mengambilnya. Karena angin menerbangkannya dengan cepat. Di tambah lagi, panas ini membuatnya merasa lemas. Ia juga merasa sangat lapar dan haus, karena tidak berhasil menemukan makanan. Daun-daun hijau yang selama ini menjadi makanannya berubah menjadi coklat dan kering. Bunga-bunga yang selama ini menyimpan cadangan embun pun mulai kering dan tak ada air sedikitpun.
--------------------------------------------------------
“Byuuurrrrr ....” Seekor kucing kecil menabrak ember berwarna biru. Air didalamnya tumpah semua. Aris dan Ara yang sedang serius mendengarkan cerita Aki menjadi kaget. Aki menghentikan ceritanya dan mengisi kembali ember biru itu hingga penuh.
“Lepas tuh, lepas tuh? Belalang tuh mati keh??” Tanya Ara kepada Aki yang sedang mengisi air.
“Hei, mestilah mati!” Jawab Aris menggoda adiknya. “Tak makan, tak minum ..” Tambah Aris.
“Taakkk .. Kancil mesti tolong die. Ya kan ki?? Kan, kan??” Tanya Ara dengan manja kepada Aki.
Aris tertawa dan terus menggoda adiknya. “Belalang tuh matii”. “Tak, belalang tak matii. Kancil kan ada.” kata Ara tak mau kalah.
Aki datang dan menengahi mereka.”Dah, dah, jangan nak gaduh-gaduh!”. Aki lalu melanjutkan ceritanya. “Lepas tuh ...”
--------------------------------------------------------
Belalang tidur di atas tanah kering yang tandus. Teriknya matahari membuat suasana hutan menjadi begitu gersang dan seperti padang pasir. “Airr ..” ucap belalang dengan lemas. Tiba-tiba dari kejauhan, ia melihat buah segar berwarna merah. Karena mengiranya sebagai makanan, belalangpun datang menghampirinya. Wajahnya terlihat sangat senang karena ia berhasil menemukan makanan. Ia pun langsung menggigit buah itu.
Betapa terkejutnya saat ia lihat ada sepasang mata besar yang sedang menatapnya. Belalang pun jatuh kembali ke tanah kering dan tandus. Ia merasa ketakutan karena ia pikir ia akan dimakan oleh mata yang menatapnya itu.
Tikus tanah yang memandang belalang, dan menyadari bahwa hidungnya yang berwarna merah baru saja digigit oleh belalang langsung berteriak kesakitan, “Sakiiittttt” dan langsung masuk kembali kedalam tanah.
Belalang pun berlari, dan terus berjalan dengan nafas terengah-engah. Tiba-tiba ia dikejutkan dengan sebuah kulit pisang yang jatuh dari atas. Belalang memandang ke atas, dan melihat ada monyet yang sedang asyik makan pisang dari atas pohon. “Ahh .. Sedapnyee .. Pisang!!” Kata monyet sambil memakan pisangnya.
Dari bawah pohon, belalang memanggil monyet, “Monyett!! Tolong .. Bagi lah sikit. Aku lapaarr..” belalang berkata dengan wajah lesunya.
Monyet menghitung pisang yang dimilikinya. “Eeehhh .. Tak boleh, tak bolehh ..” Kata monyet dan terus naik ke puncak pohon tinggi.
“Monyett .. hentiii ...” belalang putus asa, dan membalikkan badannya. Tepat saat itu, ada siput yang lewat di hadapannya. “Eh, Siput!!” Panggil belalang. “Aku laparlah. Ada makanan tak?” Tanya belalang kepada siput.
“Ade!!” Siput pun masuk kedalam cangkangnya. Ia keluar dengan sebuah bola hitam kecil penuh lendir di mulutnya.
Melihat itu, belalang malah merasa jijik.
“Tak nak sudah!” Kata siput dan langsung memakannya. “Aku nak pergi dulu!” Siput langsung berlalu pergi dengan masuk kedalam cangkangnya dan menggelindingkan tubuhnya. Meninggalkan belalang yang masih memanggilnya.
Belalang pun kembali berjalan. Ia mendatangi kura-kura. Ia panggil kura-kura yang berada didalam cangkangnya. “Kure-kure .. Ooh .. Kure-kure .. Yuhuuu .. Kure-kure .. Kau ada tak dalam tak??”. Karena tak ada jawaban, belalang pun pergi dan terus berjalan.
Burung gagak berbunyi dari kejauhan. Belalang berjalan ke pinggir danau. disana ia melihat bayang-bayang hitam yang sedang berenang. Ia gelengkan kepalanya, karena ia fikir ia hanya berhalusinasi.
Saat belalang sedang minum, seekor ikan lompat dari dalam air hendak memakannya. Belalang pun kaget dan berteriak. Ia langsung berlari menjauh dari danau.
Matahari semakin bersinar terka. Belalang pun semakin lemas. Ia sangat kepanasan, kelaparan, juga kehausan. Nafasnya terengah-engah. Ia duduk di sebuah batu dan memainkan biolanya. Berbeda dari biasanya, kali ini ia mainkan melodi yang sedih. “Sedihnya, hidupkuu ..”
Tiba-tiba ia mendengar bunyi alunan musik yang ceria,dan bau makanan yang sedap. “Hmmm,,, Makanan, makanan, makanannn ...” katanya sambil mengikuti arah bau tersebut.
Ternyata bau itu berasal dari sarang semut. “Eh, kalau belalang tak nak tolong?” Belalang ragu-ragu untuk mengetuk pintu. Saat itu, sinar matahri sungguh sangat terik. “Uhh,, panasnyee” Kata belalang sambil menutupi wajahnya dengan tangannya. Karena sudah tidak tahan, belalangpun memberanikan diri untuk mengetuk pintu.
“Belalang?? Ape kau nak??” Tanya penasehat semut yang mengintip dari lubang pintu.
“A.. Akuu .. Aku laparr ..” Kata belalang malu-malu. “Hauss.. boleh minta bagi sikit makanan dan minuman?” Tanyanya dengan wajah memelas.
Penasehat semut bingung dan menggaruk-garuk kepalanya. “Maav belalang, aku tak boleh bagi.” Kata-kata itu membuat belalang sedih. “Tanpa kebenaran raja semut” Tambah penasehat semut dan langsung menutup lubang pintunya.
“Eh, tunggu, tunggu, tungguuu ..” Kata belalang sambil terus mengetuk-ngetuk pintu. Saking lemasnya, belalang pun terjatuh.
Raja semut yang baru saja kembali ke sarangnya, terkejut melihat belalang di depan pintu sarangnya. “Belalang, bangun, bangun. Apa hal ni? Kenape kau tidur sini?”
“Semuutt .. Tolong ... Aku tak ade makanan. Aku lapaaarr.” Kata belalang dengan lemah.
“Kau tak ade makanan sikit pun?” Tanya semut.
“Aku tak ade mase nak kumpul makanan. Aku sangat sibuk membuat lagu, menari, dan menghibur. Tanpe aku sadari, musim kemarau telah pun tibe.” Belalang menjelaskan.
“Wooww .. Membuat lagu yee. Baiklah, lagu tersebut telah kau selesaikan. Nah sekarang, menarilah!! Menari!! Menari!!” Kata raja semut sambil berjalan meninggalkan belalang.
“Tapi, aku memang kene berhibur. Kalau tak, hidupku sunyi jee..” Kata belalang. “Jadi, memang tak sempat aku kumpulkan makanan.” Ia mencoba membeladirinya di hadapan raja semut.
“Memang patut lah kau kebuluran!!” Bentak raja semut. Belalang kaget mendengar ucapan raja semut yng begitu menyakitkan. “Hewan lain sibuk nak cari makanan, kau asyik nak berhibur jee..!!”. Belalang pun pingsan mendengar kata-kata raja semut.
--------------------------------------------------------
Matahari masih bersinar dengan teriknya. Belalang mengerjapkan matanya mulai terbangun. Betapa terkejutnya ia saat terduduk dan melihat banyak semut di sekitarnya. Ada yang sedang berbincang, menulis, bermain panco, dan memakan buah apel hijau yang besar. Melihat makanan, perutnya kembali berbunyi.
“Belalang, dah sadar?!” Tanya raja semut yang berjalan ke arahnya. “ Kau laparkan? Jom ikut aku!” Raja semut meminta belalang mengikutinya.
“Huuaaa ... Banyak nye makanan.” Belalang terkejut menyaksikan sebuah ruangan yang penuh dengan makanan.
Raja semut mengajak belalang duduk. Raja semut kemudian menepuk kedua tangannya, dan terbukalah sebuah tabir. Di baliknya terdapat lebih banyak lagi tumpukkan makanan. “Waaahhhh ... Banyaknyeee ...” Belalang terpana melihatnya.
“Ini lah hasil kerja keras kami.” Raja semut berkata dengan bangga. Raja semut kembali menepukkan tangannya. Beberapa ekor semut berbaris dengan membawakan berbagai macam makanan dan di letakkan di hadapan belalang.
“Makanlah!” Kata raja semut.
“Terimakasih semua” Kata belalang dengan senyum di bibirnya. Ia pun mulai makan dengan lahapnya sampai tersedak. Seekor semut pun memberikannya air untuk minum.
“Selepas ni, kau harus bersedie untuk menghadapi kemarau. Jangan asyik nak berhibur je!” Raja semut menasehati belalang.
“Baiklah!” Kata belalang dengan tersenyum. “Mulai hari ini, aku akan berusaha untuk lebih rajin, dan mencontohi sikap baik hati, dan kerja keras kau semut!” Kata belalang dengan sungguh-sungguh. Rakyat semut yang mendengarnya pun bersorak bergembira.
Raja semut pun menjentikkan jarinya. Dan alunan musik pun terdengar. Beberapa ekor semut memainkan alat musik dengan meniup ranting yang di jadikannya seruling, dan memukul bunga-bunga yang di jadikannya seperti drum.
Penasehat semut memberikan biola kepada belalang. Raja semut di sebelahnya mengisyaratkan agar belalang memainkan alat musiknya di atas panggung bersama para semut lainnya.
Belalang pun tanpa ragu langsung mulai memainkan melodinya. Semut-semut yang lain pun mulai menari. “Lalalala, lalalala, lalalalaaa ....”
Di atas sebuah pohon, tupai tua sedang duduk sambil memegang tongkat dan seekor capung. “Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ketepian”
--------------------------------------------------------
“Bersakit-sakit dahuluuu ... Bersenang-senang kemudiaannn...” Kata Aki sambil menggoyangkan badannya. “Artinya, Biar suseh dahulu,  sebelum mendapat kesenangan.” Kata Aki menjelaskan.
“Oouhh .. Kite susah-susah tak ade air dulu, sekarang dah ade air, senang lah ya Ki?” Tanya Aris kepada Aki.
“Ahaha .. Betul tuh. Sekarang, boleh lah berehat. Supaye kite tak usah risau masalah ni.” Kata Aki sambil tersenyum.
Aris kembali merebahkan tubuhnya. Sedangkan Aki membawa ember-ember berisi air itu ke dalam rumah. Ara yang melihat ada satu ember yang masih tersisa, hendak membawanya seorang diri. Tapi ternyata ia tak kuat mengangkatnya. Aris pun datang membantunya dan mereka bersama-sama membawanya ke dalam rumah.
“Patutnya semut tak tolong belalang!” Kata Aris kepada Ara. “Biarken die mati!”
Ara terkejut mendengarnya. “Abanggg!! Tak baikk ... Kasian belalang”
“Ariss... Aris..” Aki menggelengkan kepalanya. “kalau orang susah minta tolong, Aris nak biarkan?”
“He-eh! Biar je lah!” kata Aris dengan santainya.
“Ee-eh, mane boleh?! Kite kene jadi macam kancil. Bijak, suka tolong, macem kancil tolong semut.” Kata Ara.
“Betul lah tu. Baiknya cucu Aki, bukan macem tu!” Kata Aki sambil membelai rambut Ara. Aris yang mendengarnya hanya tertawa sambil menggaruk kepalanya.
--------------------------------------------------------
Malam membungkus desa. Bulan sabit bersinar dengan terangnya. “Kau orang tau tak belalang tuh boleh dimakan?” Suara Aki dari dalam rumah.
Topi dari orang-orangan sawah terjatuh. Dan belalang pun mulai memainkan biolanya lagi.
“Iiihhhh ... makan belalang??!! Tak nak!! Tak nakk!!” Jawab Ara.
“Aki pernah makan keh?” Tanya Aris.
“Pernahh .. belalang punya goreng, sedaapppp ...” Kata Aki. Di luar rumah seeokor ikan kecil melompat-lompat hendak memakan belalang.
“Kalau ka luar negare, belalang, jangkrik, ulat sagu, semuee ade jual di tepi jalan.”  Aki menjelaskan.
“Heh, mane Aki tahu??” Tanya Aris.
“Bapak kau yang cerite ..” Jawab Aki sambil menguap. “Selamat malam”
“Alaahhh.....” Jawab Aris dan Ara bersamaan. Dan Aki pun mematikan lampu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar